BILA NYONYA MARAH

Pagi itu rumah tampak sepi. Celoteh dan canda yang biasanya terdengar ramai menghiasi rumah, kini hilang entah kemana. Penghuni rumah sibuk di kamar masing-masing. Bubur kacang hijau dan roti sudah tersedia di meja, tapi belum juga tersentuh.

Nyonya rumah diam membisu di pojok ruangan. Tidak ada keinginan untuk melakukan sesuatu. Hampa.

Masa stay at home karena wabah corona membuat semua aktivitas penghuni rumah full 24 jam di rumah. Dimulai dari sang suami yang WFH (Work From Home), sudah siap di depan laptopnya beserta headset di telinga. Anak-anak pun tengah bersiap-siap menerima pembelajaran jarak jauh dari gurunya melalui zoom clouds. Tak ada asisten rumah tangga lagi, karena mereka memilih pulang kampung kumpul dengan keluarga.

Tumpukan cucian terongok di pojok. Piring-piring kotor dari semalam pun tak mau kalah menjulang. Sampah dan debu pun masih berserakan. Nyonya rumah sudah enggan menjamahnya.

Di masa social distancing ini nyonya rumah menerima banyak job. Terlebih lagi dengan urusan makanan, nyonya rumah bagaikan chef di restaurant ternama yang tak henti menerima pesanan.

Ia rindu me time, bisa menyalurkan hobinya, membuat keterampilan dan menulis. Tetapi kesibukan di rumah menyita waktunya.

Perempuan kata orang adalah tulang rusuk yang bengkok. Jadi harus hati-hati ketika meluruskan. Jangan dipaksa karena akan patah, jangan dibiarkan karena akan terus bengkok.

Pak suami, pekalah kalau situasi seperti ini. Jadilah pemadam kemarahan istrimu dengan bicara lembut, pelukan. Sejenak memadamkan amarahnya, setelah dia dingin baru dengarkan apa apa yang diinginkan, tak selalu membutuhkan solusi karena terkadang istri hanya ingin berbagi. Jadilah tempat ternyaman bagi istri untuk bercerita.

Pak suami, pekalah…karena tidak semua pekerjaan menjadi tanggung jawab istri. Berbagilah dan dan jadilah team yang hebat bersama anak-anak.

Jangan biarkan ratu rumah tanggamu berduka karena ia bagaikan nadi bagi rumahmu.